PEMUDA YANG JUJUR
Suatu hari ada seorang
pemuda datang menemui Rasulullah menyatakan keislamannya. Setelah itu ia
berkata, “Ya Rasululullah, saya masih sering berbuat dosa dan saya berat
meninggalkannya.”
Mendengar pengakuan tadi Rasulullah bersabda, “Apakah kamu mau berjanji
kepadaku untuk tidak berdusta,”? Mendengar syarat yang baginya mudah itu pemuda
tadi langsung menyanggupinya.
Pemuda itupun pergi
meninggalkan Rasulullah saw. sambil berfikir begitu mudahnya syarat yang
diminta Rasulullah saw. Namun, ketika hendak mencuri pemuda itu selalu ingat
janjinya kepada nabi untuk tidak berdusta.
Ia berkata dalam dirinya, “Jika aku mencuri dan nabi bertanya bagaimana aku
harus menjawabnya. Jika aku jujur maka hukuman akan aku dapatkan. Namun, jika
berdusta, aku sudah berjanji tidak akan berdusta. Kalau begini kondisinya maka
sebaiknya aku harus meninggalkan kebiasaan mencuri.”
Demikianlah, akhirnya pemuda tadi selalu ingat janjinya kepada nabi ketika terbersit dalam dirinya untuk berbuat dosa. Sehingga, lama-kelamaan ia menjadi orang yang terjaga dari perbuatan dosa dan semakin baik perilakunya.
Hikmah
Allah dan rasul-Nya sangat menekankan sifat jujur dan sangat membenci sifat dusta. Bahkan bisa dikatakan jujur adalah simatul muslim (special characteristic) orang Islam. Maka tidak heran nabi hanya meminta syarat untuk tidak berdusta kepada pemuda yang masih sulit meninggalkan dosa lainnya. Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tetaplah kalian bersama orang-orang yang jujur.” (Q.S. At Taubah: 119)
Dalam hadis Rasulullah saw. lebih dalam mengurai tentang manfaat sifat jujur dan efek sifat dusta.
إنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إلَى البِرِّ وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِيْ إلَى الجَنَّةِ وَإنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُوْنَ صِدِّيْقًا وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِيْ إلَى الفُجُوْرِ وَإنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِيْ إلَى النَّارِ وَإنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْـتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا
Artinya, “Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan (pelakunya) kepada kebaikan. Dan kebaikan akan mengantarkan ke surga. Dan sesungguhnya orang yang selalu berbuat jujur akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu mengantarkan (pelakunya) kepada kehancuran. Dan kehancuran itu mengantarkan kepada neraka. Dan orang yang senantiasa berdusta sehingga ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (H.R. Bukhari)
Sebaliknya sifat dusta bukanlah karakter umat Islam. Dusta adalah akhlak orang munafik. Karena salah satu ciri orang munafik adalah jika berkata ia dusta. Wallahu A’lam.
Sumber: Abdul Fattah Sabri dan Ali Umar, Al-Qira-ah Ar-Rasyidah (Mesir, Dar Ma’arif: 1953, juz 3),hlm. 23.
suhairi umar – narasihikmah.com